Laporan yang diterbitkan pada jurnal Natural Climate Change 2011 menyebutkan, kondisi ini bahkan telah mengancam kelangsungan hidup ikan banded morwong di tenggara pesisir Australia dan Selandia Baru.
Sejak 1944 lalu, para Ilmuwan dari lembaga Commonwealth Scientific and Industrial Research Organisation (CSIRO) telah memonitor peningkatan suhu air laut di kepulauan Maria, sebelah Timur Tasmania.
Hasilnya, selama 60 tahun terjadi peningkatan suhu permukaan laut sebesar 2 derajat Celscius. Peningkatan ini merupakan yang tercepat di laut bagian Selatan yang disebabkan oleh peningkatan suhu laut secara global dan efek dari kehadiran arus laut dari pantai timur Australia.
"Umumnya hewan-hewan berdarah dingin merespons kehangatan dengan meningkatkan pertumbuhan sesuai dengan kenaikan suhu," ujar Ron Thresher, peneliti lingkungan laut CSIRO, seperti dikutip dari laman media Eurekalert, 18 Mei 2011. “Namun, teori dan penelitian laboratorium menunjukkan bahwa hal ini memiliki batas,” lanjut Thresher.
Saat temperatur terlalu tinggi, Thresher menyebutkan, peneliti mulai melihat tanda-tanda stress, yang memungkinkan berujung pada kematian. “Kami menduga bahwa perubahan iklim merupakan penyebab yang mendorong ikan mencapai batas akhir ketahan fisiknya," lanjut Thresher.
Thresher menambahkan, pihaknya telah mempelajari beberapa daerah yang selama ini menjadi tempat tinggal beberapa spesies. Hasilnya, mereka menemukan bukti bahwa baik pelambatan maupun peningkatan tingkat stress akibat peningkatan temperatur telah mengorbankan metabolisme ikan saat kondisi suhu semakin hangat.
"Dalam kasus ini, dari Selandia Baru bagian utara, pemanasan air laut telah mendorong Banded Morwong (Cheilodactylus spectabilis) – yang tinggal di kedalaman 10-50 meter – melewati batas di mana peningkatan suhu menguntungkan bagi pertumbuhannya," beber Tresher.
Tresher menjelaskan bahwa perubahan iklim dapat mempengaruhi spesies secara langsung. Mulai dari fungsi tubuh, pertumbuhan, perilaku, dan secara tidak langsung akan berpengaruh kepada kelangsungan ekosistem.
Untuk mengetahui dampak peningkatan suhu pada spesies, para peneliti telah menganalisa perubahan jangka panjang tingkat pertumbuhan Banded Morwong tersebut.
Struktur tulang ikan ini memiliki cincin pertumbuhan tahunan yang merupakan ukuran bagi sebuah perubahan. Mirip dengan cincin pertumbuhan pohon, ilmuwan bisa menghitung umur dan tingkat pertumbuhan tahunan ikan dengan mengukur jarak antar satu cincin dengan cincin lainnya.
Menurut peneliti Jeremy Lyle, Banded Morwong digunakan dalam penelitian karena mereka bisa hidup hingga 100 tahun dan, saat dewasa, mereka bisa tetap bertahan di salah satu area meski suhu berubah.
"Tingkat pertumbuhan banded morwong di tenggara Australia telah meningkat drastis pada 1910," kata Lyle. "Tim dari CSIRO dan Institut Kelautan dan Antarctic Study (UTAS) juga telah membandingan perubahan temperatur dengan arah penyebaran spesies tersebut," papa Lyle.
"Mereka mengobservasi peningkatan pertumbuhan populasi spesies pada perairan Australia di mana suhu telah meningkat namun masih relatif dingin. Namun pertumbuhan mulai melambat saat suhu meningkat pada bagian utara yang lebih hangat di perairan Selandia Baru," lanjutnya.
Lyle mengatakan bahwa pertumbuhan banded morwong mulai terganggu saat suhu tahunan air mencapai 17 derajat Celcius.
• VIVAnews
Tidak ada komentar:
Posting Komentar